Minggu, 18 Mei 2014

perkembangan marching band



PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa transisi dari usia anak menjadi seorang dewasa. Perkembangan fisik dan mental seorang remaja sangatlah rentan terhadap hal-hal yang berada di lingkungan sekitarnya, baik positif maupun negatif. Peningkatan hormonal secara biologis sangat mempengaruhi perkembangan dan karakter seorang remaja yang mengalami perubahan karakter seperti keingintahuan yang tinggi, tingkat emosi dan energi yang besar, serta sosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Pada kenyataannya, perkembangan yang tidak diimbangi dengan informasi dan pergaulan yang positif dapat menyebabkan remaja dapat terjerumus dalam hal-hal negatif dan merugikan remaja itu sendiri. Pendidikan yang berkarakter serta pengenalan dan apresiasi akan kesenian merupakan salah satu unsur penting dalam peningkatan berbudaya dalam masyarakat Indonesia, terutama dalam kualitas seni pada masa-masa sekolah. Oleh karena itu, pendidikan olahraga dan seni merupakan pendidikan yang perlu diperhatikan, baik pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan non-formal diluar sekolah seperti ekstra-kurikuler dan kegiatan kesenian dan olahraga lainnya.
Saat ini, pendidikan seni di sekolah di Indonesia merupakan permasalahan umum, dikarenakan kurikulum yang menitikberatkan pada kemampuan teknikal yang kuat mengakibatkan pendidikan seni kurang mendapat perhatian yang serius. Padahal sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki keragaman seni dan budaya yang majemuk dan perlu diapresiasi berbagai kalangan, termasuk siswa sekolah. Karya ilmiah ini bertujuan mencari solusi yang dapat menjembatani antara pendidikan remaja dalam sekolah dan kesenjangan pendidikan seni dan olahraga non-formal.
KONDISI INDONESIA SAAT INI
  1. Kasus Kekerasan dan Tawuran Pelajar
“Tawuran terjadi karena tidak ada tempat bagi mereka menyalurkan kreativitas di luar sekolah – M. Sobari, Budayawan (VivaNews, 2012)” 
Berbagai sumber yang cukup memilukan menggambarkan potret kekerasan dan tawuran pelajar yang justru semakin meningkat. Tabel dibawah ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan mengenai tingkat kriminalitas jenis ini. Menurut data tersebut, angka pada tahun 2011 meningkat lebih dari 100% dibandingkan tahun 2010, sedangkan tahun 2012 antara bulan Januari sampai Juni, angka tawuran telah mencapai 139 kasus di Indonesia. Di Jabodetabek sendiri, rata-rata tawuran pelajar berkisar diantara 90 sampai 100 kejadian, yang berarti kontribusi kekerasan mencapai lebih dari 50% secara keseluruhan. Menurut Anjari (2012), tawuran pelajar berawal dari tingkat agresivitas yang tinggi, yang disinyalir berawal dari keluarga yang tidak harmonis dan ketidakharmonisan lingkungan sekitar. Tingkat agresivitas yang tidak tersalurkan secara positif inilah yang menjadi penyebab utama mengapa tawuran antar sekolah terjadi di berbagai daerah. Sebagai remaja yang mempunyai karakteristik menjadi identitas diri dan taraf emosi yang tinggi, sebaiknya disalurkan kepada kegiatan positif yang membutuhkan energi yang cukup besar. Marching band sebagai salah satu kegiatan yang membutuhkan kemampuan fisik dan tingkat kedisiplinan yang tinggi dapat menjadi solusi atas permasalahan ini.

Figure 1. Data Tawuran Pelajar, dari berbagai sumber (*Jan-Jun 2012)
  1. Problematika Pendidikan Musik
Pendidikan musik di Indonesia bisa dapat dikatakan tertinggal dari Negara-negara asia tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Berbagai permasalahan mengenai penerapan seni dalam pendidikan di Indonesia sering kali terjadi di sekolah-sekolah yang mempunyai sumber daya pengajar seni yang terbatas. Mack (2007) mengatakan bahwa banyak sekali kasus dimana pelajaran music diajarkan oleh guru matematika, karena sang pengajar menyukai musik dan nyanyi. Hal ini juga dikarenakan tidak adanya guru music yang tersedia di sekolah-sekolah. Dalam argumentasinya, Mack (2007) juga mengatakan bahwa pendidikan musik hanya berbasis pada menyanyikan lagu-lagu nasionalis serta pembelajaran musik secara teoritis, tanpa didampingi praktek bermusik secara komprehensif. Alasan lainnya menurut Mack adalah padatnya kurikulum sekolah yang mengutamakan teknologi dan industri, membuat pendidikan seni mendapat porsi yang sedikit. Padahal pendidikan seni merupakan satu-satunya pendidikan yang mengutamakan kreativitas berpikir (creative thinking) dan peningkatan kemampuan berseni. Disamping itu, pendidikan seni merupakan sarana apresiasi bukan hanya pada seni, tetapi juga apresiasi terhadap social kemasyarakatan, yang sangat dibutuhkan oleh Negara ini. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri terhadap tingkat apresiasi musik secara khusus dan seni secara umum, sebagai sarana meningkatkan kemampuan kreativitas manusia Indonesia seutuhnya.
Kecenderungan seperti ini dapat membuat kualitas sumber daya manusia Indonesia terhadap kesenian menjadi berkurang, dalam arti sensitivitas dan penghargaan terhadap kesenian, terutama seni tradisional Indonesia.

INDONESIA DI TAHUN 2050
Beberapa prediksi mengenai Indonesia di tahun 2050 difokuskan pada masalah kependudukan dan ekonomi, antara lain:
  1. Populasi: Menurut Tempo Interaktif (2013), penduduk Indonesia di tahun 2050 akan mencapai 326,5 juta jiwa, dimana kebutuhan pangan diharapkan dapat meningkat antara 60-110%. Namun pada kenyataannya kemampuan produksi agrikultur hanya dapat ditingkatkan sebanyak 67% saja.
  2. Ekonomi: Menurut Ketua Komite Ekonomi Nasional (KKEN) Chairul Tanjung, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyaingi Amerika, bahkan menjadi nomor 4 dunia, dengan pertumbuhan sebesar 13,93% (JaringNews, 2012).
  3. Politik: Indonesia akan cukup berperan mempengaruhi tatanan ekonomi dunia. Berbagai lembaga pembangunan dunia akan memperhitungkan Indonesia dalam menentukan kebijakan dan programnya (BlogBappenas, 2013).
  4. Lingkungan: Indonesia akan menghasilkan polusi yang besar jika upaya pengendalian proses produksi yang tidak ramah lingkungan gagal dilakukan (BlogBappenas, 2013).
  5. Pendidikan: Visi dari Kemenrian Pendidikan dan Kebudayaan RI adalah Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Berkarakter Kuat (Kemendikbud, 2013).
Pada tahun 2050, Indonesia akan memiliki jumlah penduduk 50% lebih banyak daripada tahun 2013, dengan permasalahan social lebih kompleks. Dalam konteks pendidikan berkarakter, Indonesia membutuhkan sistem pengajaran yang berbasis teknologi dan sosio-kultural, dimana apresiasi seni sangat diharapkan menjadi salah satu prioritas pendidikan berkarakter. “Sebagai bangsa yang besar, selayaknya menghargai budayanya sendiri”, itulah yang dikumandangkan oleh mantan presiden RI pertama, Ir. Soekarno, dalam upaya menyatukan bangsa Indonesia.

MARCHING BAND SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN BERKARAKTER NON-FORMAL
Sebagai langkah konkrit atas permasalahan diatas, karya tulis ini mengusulkan agar pemerintah dapat menunjang aktifitas Marching Band sebagai perpaduan antara unsur kedisiplinan dan seni. Secara umum, Marching band adalah perpaduan musik, baris-berbaris, gerak tari dan irama. Walaupun berbau militer dari segi baris-berbaris, namun kebanyakan dari tema pagelarannya sudah menjurus pertunjukan seni. Perkembangan marching band di Indonesia selama 10 tahun terakhir sudah mulai meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah unit di seluruh Indonesia. Trend akan adanya kegiatan positif di sekolah dan lingkungan masyarakat mendorong berbagai pihak untuk mendirikan organisasi marching band, yang nantinya akan menampung anak muda dalam berkarya di bidang seni. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi di Indonesia adalah kurangnya metode pelatihan musik yang efektif dalam mengajarkan music kepada anak didiknya, sehingga perlu diadakan penelitian untuk memperoleh data yang jelas, hal-hal apa saja yang diperlukan oleh sebuah unit dalam mengembangan kegiatan marching band ini.
Sebagai salah satu Genre dalam dunia musik, ada kalanya para pengarang lagu dan koreografi marching band membutuhkan ide dan ciptaan original. Ide tersebut akan tertuang dalam lagu-lagu dan didukung oleh koreografi dan visual yang tematis dan beraneka ragam. Seperti halnya sebuah pementasan seni di atas panggung, maka pertunjukan marching band di Indonesia telah mengadopsi konsep panggung yang diaplikasikan di lapangan, dimana banyak tema broadway yang dipakai di marching band.
Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa, terbentang dari sumatera sampai papua. Karakteristik unik dari setiap daerah ini, termasuk didalamnya kebudayaan dan kesenian tradisional, dapat menjadi  tema musical yang menarik untuk dipadukan ke dalam musik dalam marching band. Baik musik, gerak tari dan budaya Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi dalam pembuatan tema dalam marching band. Penelitian yang dilakukan Zdzinski (2004) meyebutkan Marching Band berkontribusi positif terhadap peningkatan musikal, sosial dan personal seseorang. Dibawah ini adalah diagram keragaman fungsi dan manfaat Marching Band dari berbagai disiplin ilmu.

Figure 2. Manfaat Marching Band dari berbagai Ilmu
  1. Fungsi Kedisiplinan
Marching band berawal dari kegiatan baris-berbaris militer yang terdiri dari tentara-tentara, memainkan alat musik tiup (brass dan woodwinds) dan pukul (percussion) untuk mengiringi sebuah parade. Aturan baris-berbaris secara militer membutuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi, sehingga marching band dapat meningkatkan kedisiplinan individu. Budaya marching band ini dipakai oleh sekolah-sekolah di Amerika untuk meningkatkan motivasi, rasa tanggung jawab dan kedisiplinan siswa sekolah (Rogers, 1985). Disamping itu, Zdzinski (2004) meneliti 171 responden tentang kontribusi marching band terhadap kualitas hidup seseorang, berkesimpulan bahwa manfaat utama yang didapat setelah mengikuti kegiatan Marching Band adalah etos kerja yang tinggi (14.62%), kedisiplinan diri (13.45%) dan akuntabilitas diri (10.53%). Sehingga bisa disimpulkan bahwa Marching Band dapat membentuk karakter manusia yang bertanggung jawab.
Kegiatan marching band ini juga berfungsi sebagai penyaluran agretivitas dan emosi remaja secara positif, agar energi tersebut dipakai untuk mempelajari disiplin bermain musik dalam Marching Band. Erdmann, Graham, Radlo, and Knepler (2003) meneliti tentang energi seseorang yang dibutuhkan dalam bermain Marching Band, dan menyimpulkan bahwa kegiatan yang menguras tenaga ini sangat cocok diterapkan pada remaja karena berpotensi menyerap fisik yang sesuai dengan tenaga seorang remaja.



2. Fungsi Kesenian
Di Indonesia, ada kalanya Marching Band dikategorikan dan dipersepsikan sebagai aktifitas olahraga fisik. Namun secara fungsi dan manfaat, Marching Band modern sudah dikolaborasikan antara kegiatan, fisik (baris-berbaris membentuk konfigurasi), bermain musik orkestratif, dan gerak tari dan olah tubuh. Marching Band secara umum sudah bertransformasi dari kegiatan parade jalan untuk mengiringi baris-berbaris militer, manjadi suatu pertunjukan musik dan gerak dalam lapangan (Kirnadi, 2004). Mills (1988) berpendapat bahwa Marching Band harus memiliki 10 dimensi manfaat, 4 diantaranya berdimensi kesenian antara lain pertunjukan musikal (musical performance), musik yang berestetika (musical aesthetics), pencapaian musikal (musical achievement), pengembangan musik (musical development). Manfaat tersebut seyogyanya dapat menjembatani kekurangan pendidikan musik pada pendidikan formal di sekolah-sekolah di Indonesia. Selain manfaat secara musikalitas, Marching Band juga berkaitan erat dengan seni tari kontemporer dan tradisional. Gerak olah tubuh yang diperagakan oleh colorguard menambah citra seni dalam marching band, mentransformasikan keindahan visual yang disesuaikan dengan ritme lagu yang dimainkan. Fungsi gerak disini tidak terbatas pada gerakan bendara, namun dipadukan dengan dasar-dasar olah tubuh ballet dan tari kontemporer maupun tradisional Indonesia.


3. Fungsi Sosial
Kontribusi lain adalah bahwa Marching Band dapat meningkatkan kemampuan sosial dan individual seseorang. Mills (1988) mengatakan bahwa manfaat Marching Band secara sosial adalah peningkatan hubungan sosial (social enrichment), pencapaian tim (group accomplishment), identitas institusi (school identity), peningkatan diri (self-improvement),peningkatan interpersonal skills, and rekreasi. Ia menambahkan bahwa remaja yang aktif dalam kegiatan Marching Band dapat meningkatkan kemampuan sosial kemasyarakatan ketimbang mereka yang tidak mengikuti organisasi ini. Hermawan (2010) menambahkan pula bahwa marching band dapat meningkatkan kemampuan berorganisasi dan manajemen antar anggota, antara lain kepemimpinan, manajemen waktu, rekrutmen anggota, manajemen musik dan pelatihan.


LANGKAH STRATEGIS
Dalam rangka perwujudan masyarakat Indonesia yang berkepribadian dan berkarakter positif, Marching Band dapat menjadi salah satu solusi terhadap kondisi remaja Indonesia yang diliputi oleh kekerasan fisik dan tindakan negatif lainnya. Kekurangan pendidik seni merupakan salah satu kendala yang ada saat ini, sehingga solusi yang memungkinkan adalah melakukan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara-negara yang memiliki standar pendidikan seni yang mapan, antara lain Amerika Serikat, Selandia Baru dan Inggris. Usulan kerjasama dalam pendidikan karakter dan seni ini seyogyanya dapat menjembatani pendidikan musik formal maupun non-formal di Indonesia. Kegiatan Marching Band di Amerika diwadahi oleh beberapa organisasi nirlaba (non-profit organisation) seperti Drum Corps International atau disingkat DCI. Organisasi ini bertugas mewadahi unit-unit Drum Corps di Amerika Serikat dan Internasional dan menyelenggarakan kompetisi bergengsi setiap tahunnya. Selain kompetisi, DCI juga mempunyai divisi pendidikan untuk memberikan pelatihan dan klinik secara domestik maupun internasional. Salah satu unit, yaitu The Blue Devils, pernah memberikan coaching clinic di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2011 kepada unit-unit Marching Band se-Asia Tenggara.

Figure 4. Coaching Clinic oleh The Blue Devils di KL, Malaysia
Kolaborasi antara unit-unit Marching Band di Indonesia dan Amerika Serikat merupakan salah satu langkah konkrit yang dapat didukung oleh pemerintah Indonesia, dalam rangka peningkatan kemampuan bermusik dan seni bagi sekolah-sekolah, baik yang belum maupun yang sudah mempunyai unit marching band. Dua perspektif dibawah ini menggambarkan keuntungan dalam kolaborasi antar unit Marching Band Indonesia dengan Amerika Serikat:

  1. Perpektif Indonesia.
Marching Band di Indoneisa dapat memperoleh manfaat antara lain:
  1. Peningkatan metode pembelajarn musik, baik di dalam kelas maupun di lapangan. Dengan didatangkannya pelatih dan pendidik dari unit Marching Band luar, unit Marching Band di Indonesia dapat belajar bagaimana membuat system pengajaran musik yang sesuai standard internasional serta terstruktur, sesuai dengan tingkat kemampuan musik di Indonesia. Indonesia membutuhkan metode pembelajaran musik yang efektif dan komprehensif serta dapat diaplikasikan ke dalam pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan musik non-formal seperti di kegiatan Marching Band.
  2. Dengan diperkenalkannya metode efektif belajar musik, kualitas pendidikan seni, baik di kota besar maupun kota-kota kecil dapat ditingkatkan. Banyak dari unit-unit Marching Band di daerah kekurangan informasi dan edukasi mengenai Marching Band, sehingga kerjasama tersebut sangat diperlukan untuk peningkatan kemampuan bermain musik.
  3. Kerjasama ini tidak hanya berfokus pada peningkatan seni musik, tetapi juga peningkatan segi tari dan gerak, yang mana pendidikan seni tari kontemporer telah dikembangkan oleh sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Pendidikan seni visual dan koreografi sangat dibutuhkan oleh sebuah marching band, dimana mereka telah mengembangan pendidikan mengenai dasar-dasar tari, ballet dan seni pertunjukan.

  1. Perpektif Amerika Serikat.
Kerjasama ini juga berdampak positif pada Negara mitra seperti Amerika, antara lain:
  1. Seni pertunjukan Barat, bersama dengan studi kontemporer akan memperoleh manfaat dengan menggabungkan unsur budaya timur, terutama seni tradisional Indonesia. Sebuah studi komprehensif seni Indonesia dapat dikembangkan menjadi salah satu kurikulum di universitas mitra.
  2. Sebuah studi dari marching band di Indonesia juga akan menjadi topik yang menarik untuk studi pendidikan universitas mitra. Faktor-faktor seperti kondisi daerah terpencil Indonesia yang mempunyai unit Marching Band, kurangnya instrumen yang memadai dan pendidik di tempat-tempat tersebut, dan budaya serta tradisi masyarakat Indonesia; menjadi objek penelitian menarik bagi studi universitas mitra.
  3. Musik dan visual adalah sebuah seni kreatif dan kontemporer yang belakangan ini menjadi topik menarik seniman dan pembuat lagu untuk dieksplorasi. Sebuah kolaborasi peneliti untuk menjelajahi daerah ini kemungkinan akan menjadi topik yang menarik untuk hadir dalam Konferensi Internasional musik dan seni di seluruh dunia.

RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan dapat mendukung terselenggaranya pendidikan music yang berkarakter serta dapat menunjang pendidikan formal dalam sekolah-sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai pendidikan non-formal, Marching Band memberikan solusi alternatif dalam berkreatifitas seni dan olahraga yang tidak bias ditawarkan oleh kurikulum sekolah yang ada sekarang.
Marching Band adalah sebuah organisasi multi-disiplin berbasis apresiasi music dan gerak, yang dapat membantu membentuk karakter positif seorang remaja. Pengenalan ilmu musik, pengalaman berorganisasi, pengenalan kedisiplinan dan akuntabilitas diri, dan sarana bersosialisasi dan rekreasi merupakan beberapa manfaat riil yang dapat dirasakan seorang anggota Marching Band selama beraktifitas, maupun setelah bekerja di dunia nyata. Marching Band juga dapat menyatukan semua kalangan muda, unsur latar belakang seseorang, agama, dan etnis untuk bersama-sama menciptakan suasana sportif dan berseni, berkompetisi di jalan yang sehat dan positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar